![]() |
Photo by camilo jimenez on Unsplash |
Definisi
"Atrial fibrillation (af) is a supraventricular arrhythmia characterized electrocardiographically with low amplitude baseline oscillations.(fibrillation or f waves from atrial fibrillation) and irregular ventricular rhythms. Waves f, 300 to 600 beats / minute
"Af is the most common ongoing arrhythmia. It is characterized by irregular, and rapid atrial activation. - harrison"
"Fibrilasi atrium (af) adalah takiaritmia supraventrikular yang ditandai dengan aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi dengan akibat penurunan fungsi mekanik.- AHA"
Ciri-ciri af pada gambaran ekg umumnya sebagai berikut :
- Ekg permukaan menunjukkan pola interval rr yang ireguler
- Tidak dijumpainya gelombang p yang jelas pada ekg permukaan. Kadang-kadang dapat terlihat aktivitas atrium yang ireguler pada beberapa sadapan ekg, paling sering pada lead v1.
- Interval antara dua gelombang aktivasi atrium tersebut biasanya bervariasi, umumnya kecepatannya melebihi 450x/ menit.
Oleh karena itu pada orang yang atrial fibrilation biasanya mengalami gangguan di sistem konduksi
secara fisiologi conducting system
Epidemiologi
- Arritmia yang paling umum
- Arritmia paling umum di mana pasien dirawat di rumah sakit, sekitar 33% rawat inap
- 0,1% per tahun sebelum usia 40 hingga lebih
- 1,5% per tahun pada wanita dan lebih dari 2% per tahun pada pria yang lebih tua dari 80.
- Sebuah studi kohort berbasis komunitas di olmstead county, minnesota, melaporkan bahwa kejadian af yang disesuaikan usia per 1000 orang-tahun meningkat secara signifikan antara 1980 dan 2000 dari 4,4 menjadi 5,4 pada pria dan dari 2,4 menjadi 2,8 pada wanita.
- Faktor obesitas menyumbang sekitar 60% dari peningkatan kejadian af yang disesuaikan dengan usia.
- Terjadi signifikan persentase populasi usia yang sudah memasuki 50th ke atas yang berada di indonesia yaitu 7,74% (pada tahun 2000-2005) menjadi 28,68% - estimasi who
Etiologi
- Hyperthyroidism paling sering
- Excessive alcohol intake (“holiday heart”)
- Open heart or thoracic surgery
- Myocardial infarction
- Pericarditis
- Myocarditis
- Pulmonary embolism
Klasifikasi
Secara klinis FA dapat dibedakan menjadi lima jenis menurut waktu presentasi dan durasinya, yaitu :
Atrial fibrillation yang pertama kali terdiagnosis
Jenis ini berlaku untuk pasien yang pertama kali datang dengan manifestasi klinis fa, tanpa memandang durasi atau berat ringannya gejala yang muncul.Atrial fibrillation paroksismal
merupakan fa yang mengalami terminasi spontan dalam 48 jam, namun dapat berlanjut hingga 7 hari.Atrial fibrillation persisten
merupakan fa dengan episode menetap hingga lebih dari 7 hari atau fa yang memerlukan kardioversi dengan obat atau listrik.Atrial fibrillation persisten lama (long standing persistent)
merupakan fa yang bertahan hingga ≥1 tahun, dan strategi kendali irama masih akan diterapkan.Atrial fibrillation permanen
merupakan fa yang ditetapkan sebagai permanen oleh dokter (dan pasien) sehingga strategi kendali irama sudah tidak digunakan lagi. Kendali yang sering dipakai menunjukan maka fa masuk ke kategori fa persisten lama.Kalo kita melihat dari kecepatan laju respon ventrikel (interval rr) maka fibrial atrial dapat dibedakan menjadi :
Atrial fibrillation dengan respon ventrikel cepat
laju ventrikel lebih dari dari 100x/ menitAtrial fibrillation dengan respon ventrikel normal
laju ventrikel sekitar 60- 100x/menitAtrial fibrillation dengan respon ventrikel lambat
laju ventrikel kurang dari 60x/ menitFaktor resiko
- Gagal jantung kongestif, aorta, dan penyakit katup mitral
- Pembesaran atrium kiri
- Hipertensi
- Usia lanjut
- Genetik
Manifestasi klinis
- Palpitasi
- Kelelahan
- Dispnea
- effort intolerance
- Diperkirakan 25% pasien dengan af tidak menunjukkan gejala, lebih sering pasien lansia dan pasien dengan af persisten.
- Mudah lelah
- Syncope tidak umum, akibat jeda sinus yang panjang
- Ciri af pada pemeriksaan fisik : denyut nadi tidak teratur , pulsasi vena jugularis yang tidak teratur
Patogenesis dan patofisiologi
Evaluasi diagnosis
- Anamnesis
Pada penentuan jenis dan beratnya gejala : onset af pertama: apakah af bersifat paroksismal atau persisten, pemicu af : apakah episode tersebut acak atau terjadi pada waktu tertentu (misalnya, saat tidur) , dan frekuensi dan durasi episode.Ketika tidak jelas 2 hingga 4 minggu pemantauan rawat jalan dengan monitor peristiwa autotrigger atau dengan telemetri rawat jalan jantung seluler berguna untuk menentukan apakah af paroksismal atau persisten
- Pemeriksaan fisik
- Hemodinamik dapat stabil atau tidak stabil
- Denyut nadi tidak teratur
- Denyut nadi dapat lambat, jika disertai dengan kelainan irama block
- Jika hemodinamik tidak stabil dengan denyut
- Yang cepat sebagai kompensasi, maka terdapat tanda2 hipoperfusi (akral dingin, pucat)
- Pemeriksaan penunjang :
- Laboratorium darah
- Hematologi rutin
- faktor koagulasi
- fungsi tiroid
- hbsag
- hcv, fungsi ginjal dan elektrolit.
Ekokardiografi transesofageal (tee)
- Trombus atrium kiri (terutama di aak)
- Memandu kardioversi (bila terlihat Trombus, kardioversi harus ditunda)
- Memandu tindakan penutupan aak pada laa occluder
Holter
- Diagnosis fibrilasi atrium paroksismal dimana pada saat presentasi, fa tidak terekam pada ekg
- Evaluasi dosis obat dalam kendali laju atau kendali irama.
Studi elektrofisiologi
Terlihat pada saat elektrofisiologi adanya takikardia qrs lebar, aritmia predisposisi, atau penentuan situs ablasi kuratif.Diagnosis banding
- Multifocal atrial tachycardia (mat)
- Frequent premature atrial contractions (pac)
- Atrial flutter
Management
Dimana pada fase akut, manajement atrial fibrilasi di bagi menjadi 2. Terdiri dari mengendalikan laju hemodinamik dan kendali irama jantung pada saat fase ini.- Kendali laju hemodinamik fase akut
Terdiri atas:
Pasien dengan hemodinamik stabil, tujuannya untuk mempertahankan respon ventrikel:
- Oral : diberi obat beta atau antagonis kanal kalsium non-diidroporin oral
- Intra vena : seperti digoksin atau amiodaron untuk merespo ventrikel pada pasien af dengan gagal jantung atau adanya hipotensi.
- Obat antiaritmia frist class (propafenone, disopiramid, exiletine) atau amiodaron.
- Layanan kesehatan primer yang jauh dari pusat rujukan sekunder/tersier
- Diberi obat antiaritmia oral. Diharapkan laju jantung turun pada waktu 1-3 jam setelah diberi antagonis kanal kalsium (diltiazem 30 mg atau verapamil 80mg).
- Diberi b blocker (propanolol 20-40mg, bisoprolol 5mg, atau metoprolol 50mg Pasien dengan irama ventrikel lambat
- Di beri atropine (0,5mg intravena) Jika belum berkurang, dilakukan tindakan kardioversi atau pemasangan alat pacu jantung sementara
- Kendali irama fase akut
P asien simtomatik padahal sudah di lakukan strategi kendali di beri kardioversi farmakologis dengan obat antiaritmia intravena atau kardioversi elektrik. Saat pemberian drug antiaritmia intravena pasien wajib dikontrol untuk kemungkinan adannya proaritmia akibat obat, disfungsi nodus sinoatrial (henti sinus atau jeda sinus) atau blok atrioventrikular.
Obat intravena merupakan kardioversi farmakologis yang tersedia di indonesia adalah amiodaron. Kardioversi dengan amiodaron terjadi interaksi selang beberapa jam kemudian setelah pemberian.
- Terapi pil dalam saku (pildaku)
Tatalaksana jangka panjang
Tujuan:- Terapi optimal penyakit kardiovaskuler yang menyertai
- Pemilihan strategi kendali irama
- Pemilihan strategi kendali laju hemodinamik
- Pencegahan tromboemboli
- Terapi upstream
- Kendali laju jangka panjang
- Faktor di berikan: simtom akibat serangan fa, berapa lama menderita fa, usia tua, penyakit kadiovaskular berat, penyakit lain yang menyertai dan besarnya atrium kiri
Tujuan kendali irama jangka panjang adalah mengurangi simtom. Dimana pasien dengan mengalami simtom meskipun telah di beri obat laju kendali secara optimal.
Pilihan pertama yaitu obat antiaritmia
Tujuannya untuk mengubah sinus fa ke sinus normal dalam waktu 7 hari setelah terjadi fa. Keuntunganya dapat mengurangi terjadinya tromboemboli, memperbaiki hemodinamik dengan mengebalikan ‘’atrial kick”, mencegah terjadinya respon ventrikel cepat dan mencegah adanya remodeling atrium.
Baca juga : Anatomi Jantung
Pasien fa dengan gagal jantung
Tujuannya memperbaiki keluhan, pasien muda simtomatik atau fa sekunder akibat kelainan (iskemi, hipertiroid).
Kondisi klinis yang dapat mempengaruhi tingginya rekurensi fa antara lain ukuran atrium kiri >50 mm, durasi fa >6 bulan, gagal jantung dengan nyha >ii.
gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri (ejection fraction (ef) <40%), disfungsi nodus sinoatrial, dan riwayat kardioversi sebelumnya (1-2 kali dalam 2 tahun sebelumnya).
Komplikasi
- Emboli vascular
- Stroke
- Thrombus infrakardiac
- Hipotensi
Prognosis
Mempunyai faktro resiko tinggi sekitar 1,5-1,9 pasien meninggal. Dengan insidensi af dan trombo emboli.Sumber
Braunwald heart disease 2019 11edHarrison’s cardiovascular medicine